PANCASILA LOVER

MARI TEGAKKAN PANCASILA

Islam Radikal

Gerakan Islam Radikal
- Absolutisme dalam agama, tidak ada toleran
- aliran Wahabi(arab) / Ichwanul Muslimin(mesir)
- berupa: PKS, HTI, MMI, FPI, FUI, KAMMI
- program: wahabisasi global, selain wahabi = kafir!
- berobsesi membangun negara muslim di Indonesia
(Gus Dur dalam buku Ilusi Negara Islam)
------

(http://teguhtimur.com/2006/06/30/apa-yang-dimaksud-dengan-islam-radikal/)

Dinamika gerakan Islam Indonesia dalam beberapa tahun belakangan menunjukkan tingkat vitalitas yang cukup menggembirakan. Peranan ormas-ormas Islam bagi perbaikan umat dan kemajuan perkembangan Islam dinilai banyak kalangan semakin meningkat. Namun demikian, di balik perkembangan positif tersebut, tetap saja gerakan Islam dihadapkan pada berbagai tantangan yang tak kecil, seperti tudingan membawa paham radikalisme Islam, otak di balik serentetan aksi kekerasan dan terorisme (khususnya oknumnya), hingga penilaian sebagian kalangan yang menunjuk sebagian ormas Islam kerap berbuat anarkhis. Tentu saja semua ini harus dijawab dengan tindak-tindak dan kerja positif. Mewujudkan hal itu, apa yang harus dilakukan oleh umat Islam? Benarkah Islam radikal sedang tumbuh bersemi di Indonesia? Bagaimana idealnya Islam di masa depan agar dapat terus mewarnai perkembangan dan dinamika kontemporer? Menjawab semua itu, tim At-Tanwir mewawancarai Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat dan tokoh NU, KH Ma’ruf Amin. Petikannya:

Anda setuju dengan keberadaan gerakan Islam radikal di Indonesia?

Saya menentang keberadaan itu. Karena bagaimanapun tidak akan menguntungkan dan hanya membuat citra Islam tercemar. Tak hanya ormas Islam, ormas radikal apapun namanya, tidak akan positif keberadannya. Saya yakin, mayoritas bangsa ini mencintai perdamaian, dan tidak senang dengan hal-hal yang berbau kekerasan maupun radikal.

Sebenarnya, apa yang disebut dengan Islam radikal?

Saya perlu meluruskan istilah itu. Hemat saya, Islam itu satu, tak ada yang namanya Islam radikal, Islam liberal, Islam moderat. Islam ya Islam, seperti yang digariskan Al-Quran, Islam yang hanifan samhah (Islam itu lembut, ramah, toleran). Berbagai istilah (radikal, liberal, dan lainnya) hanya diciptakan orang lain.

Berarti ada maksud tertentu di balik penyebutan atau penamaan itu?

Tentu saja. Saya kira misi terbesar pencitraan dan penamaan itu adalah agar umat Islam tidak utuh, terpecah-pecah dan dengan begitu kekuatannya menjadi lemah. Karena lemah, maka akan mudah diadu domba, dipermainkan, dan dijadikan kambing hitam berbagai tindakan. Untuk itulah, kita sudah sepakat dengan berbagai ormas Islam beberapa waktu lalu, membuat kesepakatan untuk menyatukan persepsi dan sikap.

Bagaimana Anda melihat tudingan sebagian pihak yang menilai ormas Islam suka melakukan tindakan anarkhis?

Kita harus pahami, mengapa anarkhisme bisa terjadi. Itu sebabnya hukum tidak jalan, aparat tidak tegas. Karena itu, masyarakat yang kehabisan kesabaran mengambil tindakan sendiri. Maksud mereka baik, menegakkan hukum karena aparat dan pemerintah pasif tak tegas, hanya caranya yang salah. Saya kira ini hanya ekses, bukan mereka yang memicu terjadinya kekerasan. Karena itu, jalan pembubaran ormas, termasuk ormas Islam yang dianggap keras, bukanlah jalan penyelesaian. Justru hanya akan menambah problem.

Tapi kan kejadian teror atau bom bunuh diri atas nama jihad kerap dilakukan kaum Muslim (tepatnya oknum). Apa komentar Anda?

Ini harus diluruskan. Saya katakan, apapaun tindakannya untuk mewujudkan kebaikan tetapi dilakukan dengan cara kekerasan atau pemboman, jelas sangat ditolak, dan Islam sendiri mengecam kekerasan. MUI sendiri pernah mengeluarkan fatwa haram tentang bom bunuh diri dan terorisme. Jadi kalau ada yang melakukan teror atau bom bunuh diri, itu hanyalah oknum semata. Jihad bukanlah dengan cara kekerasan, karena jihad sejatinya mempunyai makna dan implikasi mulia, yakni upaya mewujudkan perbaikan dan pemberdayaan potensi umat. Jihad berbeda dengan teror, dan selamanya tak akan pernah ketemu. Pemahaman yang salah terhadap doktrin Islam yang hanif, terlampau ketat memahaminya, menyebabkan orang nekat berbuat konyol, bom bunuh diri atau teror atas nama agama.

Lantas apa yang harus dilakukan?

Saya kira harus secara terus menerus dilakukan sosialisasi ajaran Islam yang benar oleh semua kalangan, utamanya oleh para dai, tokoh agama, dan ulama. Masa depan Islam akan ditentukan oleh seberapa besar dan benar pemahaman umat Islam itu sendiri terhadap ajaran Islam yang hanif, yakni Islam yang lurus, toleran dan terbuka. Dengan begitu, misi Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin akan tercapai.

Beginilah sebaiknya kita bersikap, semua kita lakukan dengan dasar Pancasila dan UUD 1945, sehingga keutuhan NKRI tetap terjaga

---------------

Dalam Wall Street Journal Asia (15/4), Dhume menyatakan: “The most dramatic example of political Islam’s diminished appeal is the tepid performance of the Prosperous Justice Party (PKS), Indonesia’s version of the Muslim Brotherhood. PKS seeks to order society and the state according to the medieval precepts enshrined in shariah law.” Pandangan serupa diungkapkan Sara Webb dan Sunanda Creagh yang mengutip kekhawatiran pengusaha keturunan Cina, Sofjan Wanandi dan pengamat beraliran Muslim liberal, Muhammad Guntur Romli (Reuters, 26/4).

Wanandi, pengusaha sekaligus pendiri Centre for Strategic and International Studies (CSIS), berkata terus terang: “The possibility that SBY will join with PKS makes us nervous. There is a lot of uncertainity around this. We don’t know if we can believe them.”

Ada apa dengan PKS dan SBY?

0 komentar:

Posting Komentar